Pandangan dan Gagasan Untuk TVRI

foto: cermati.com


Oleh M SUDAMA DIPAWIKARTA


SEBAGAI Lembaga Penyiaran Publik (LPP), TVRI harus menjadi televisi yang dekat dengan publik dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk dapat meraih simpati masyarakat Indonesia, hendaknya TVRI memiliki mata siaran yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

Indonesia yang memiliki kekayaan budaya sudah seyogyanya dapat dihadirkan pada layer TVRI. Dalam hal ini konten tayangan merupakan ujung tombak yang harus menjadi andalan TVRI.

Tidak dapat dipungkiri bahwa televisi lahir dari budaya pop yang merupakan konsekuensi perubahan tata nilai. Masyarakat memerlukan hiburan yang dapat dengan mudah diakses dari rumahnya masing-masing, dan kini lokusnya semakin bergeser melalui smartphone.

Inilah pengaruh dari perkembangan teknologi digital yang semakin masif. Oleh karena itulah, seiring dengan perkembangan teknologi informatika, justru TVRI semakin berpeluang untuk lebih mendekatkan diri kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagai televisi yang diprakarsai oleh pemerintah, konten siarannya harus mengandung nilai-nilai pendidikan dan pesan pemersatu bangsa dalam berbagai kemasan acara yang segar dan menghibur. Dalam hal ini menghibur bermaksud untuk menarik perhatian penonton.

Berbagai tayangan dapat dieksplorasi sedemikian rupa agar diminati penonton dan sekaligus penonton dapat memahami pesan dibalik tayangan tersebut. Intinya adalah tontonan sebagai tuntunan.

Karakter pada era media sosial seperti sekarang adalah semakin banyaknya masyarakat yang sanggup menggerakan di antara masyarakat lainnya untuk saling berbagi. Informasi, lagu, film, dan berbagai konten lainnya.

Suatu tayangan tentunya menyuguhkan cerita. Baik dalam video klip, reality show, apalagi film, semuanya tidak akan pernah lepas dari cerita. Seperti halnya manusia yang sejak mulai belajar berkata-kata diawali dengan suguhan berbagai cerita melalui kata-kata dan gerakan tubuh Kebutuhan akan cerita tidak akan pernah surut. Baik disadari atau tidak, semua manusia selalu menginginkan cerita.

Maka larangan ”jangan suka menceritakan kejelekan orang” pun perlu diluruskan. Guru sejarah menceritakan keganasan penjajah. Guru ngaji menceritakan Abu Jahal. Juru dongeng mengungkap kelicikan Dewi Pangrenyep yang menukar bayi Dewi Naganingrum dengan seekor hewan.

Dalang wayang menceritakan para Kurawa yang senantiasa mengobarkan permusuhan kepada Pandawa. Dan tentu saja dalam sebuah tayangan apapun selalu menyuguhkan cerita yang bisa mempengaruhi para penontonnya sekecil apapun


Percaya Diri dengan Karya Anak Bangsa dan Konten Budaya Bangsa
Bali sangat dikenal di muka bumi ini bukan karena perkembangan sains dan teknologinya, melainkan alam dan kebudayaannya. Sementara itu,  kebudayaan Indonesia merupakan puncak-puncaknya kebudayaan daerah.

Dari sanalah Indonesia sangat potensial untuk dikenal di dunia atas ragam  budayanya yang kaya raya. Nilai-nilai budaya  dan kearifan lokal inilah yang sebenarnya harus digali untuk diperkenalkan kepada anak bangsa dan seluruh dunia.

Tayangan produk anak bangsa diharapkan bisa membangkitkan kecintaan rakyat Indonesia terhadap alam dan kebudayaanya. Tayangan di layar TVRI idealnya tidak kebarat-baratan, meski bukan berarti budaya barat tidak baik.

Masalahnya tidak terletak pada baik atau tidak baik, karena setiap kebudayaan manapun memiliki nilai-nilai tersendiri, termasuk kebudayaan barat. Masalahnya adalah dengan cara mencintai alam dan kebudayaan milik sendiri, merupakan tanda syukur kepada

Yang Maha Pencipta atas terciptanya alam yang begitu indah, dan menghargai para pendahulu yang telah mewariskan alam Indonesia. Mereka merawatnya dengan penuh kecintaan, melalui nilai-nilai yang terkandung dalam keluhuran budaya bangsa. Kearifan lokal yang perlu dijaga, tanpa harus menutup diri dari pergaulan internasional.

Terbukti, sebagai contoh, dengan munculnya film semisal  Laskar Pelangi, yang terbilang fenomenal, tentunya bisa membuka mata hati kita bahwa film berwajah Indonesia tidak kalah menarik dengan film luar negeri jika mau berpijak pada khitahnya, yakni alam dan kebudayaannya.

Anak-anak  bisa menikmati film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata ini, dan juga sedikit banyaknya dapat mengambil pesan-pesan moral dibalik cerita tersebut. Itulah wajah Indonesia, bercitarasa Indonesia, yang berhasil membumi.

Tanpa bermaksud meremehkan para sineas dalam negeri, sebagai perbandingan dalam karya-karya sinematografi yang berasal dari Jepang, China, Korea, atau India. Selain huruf latin, mereka tetap bangga dan sangat percaya diri menghiasi film-film mereka dengan huruf Hiragana, Katakana, Kanji, Hangul, dsb. Belum lagi visualisasinya yang sangat mewakili karakter bangsanya.

Hal tersebut membuat film mereka menunjukkan jatidiri dan karakteristik bangsanya. Film-filmnya mendunia tanpa harus kehilangan nilai kebudayaannya. Terbukti pada tahun ini film Parasite atau 'Gisaengchung' dapat sukses meraih piala bergengsi Oscars. 

Semoga saja akan semakin disadari bahwa film Indonesia pun harus memiliki kekhasan tersendiri, yakni kekayaan alam dan kebudayaan unik dari keanekaragaman etnis di Indonesia.

Tayangan yang menghiasi layar TVRI harus mengutamakan tayangan yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri dan rasa cinta terhadap budaya bangsa.  Sebab, sekali lagi, Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, memiliki alam nan indah, dan berkarakter mandiri.

Cerita dari tanah ibu pertiwi tak akan pernah habis, dan akan selalu dicintai oleh anak negeri. Percaya diri dengan tanah air dan manusia negeri sendiri. Budaya dari berbagai etnis di Indonesia, harus tampil dalam layar TVRI untuk lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia.


FOKUS GARAPAN
Dalam rangka mewujudkan Mewujudkan Siaran TVRI Yang Sehat, Nasionalis, dan Fluralis Untuk Memperkokoh Persatuan Indonesia, fokus yang perlu diutamakan adalah terletak pada bidang Program dan Berita, Teknik dan SDM, Pengembangan dan Usaha, dan Transparansi Tata Kelola Keuangan.

Menghadirkan program televisi yang lebih unik, menarik, dan mendidik. Tiga kata kunci ini yang hendaknya menjadi pegangan dalam menghadirkan program acara di TVRI. Apapun jenis acaranya, kuncinya harus unik, menarik, dan mendidik. Jenisnya bisa bervariasi, dengan pengembangan teknik dan SDM yang lebih kreatif.

Adapun untuk pengembangan dan usaha diperlukan banyak terobosan baru dengan kata kunci low budget high impact. Sebagai televisi negara tentunya yang harus lebih diutamakan itu adalah dampak baik dari tontonan yang dihadirkan.

Orientasinya bukan keuntungan secara materil, melainkan lebih pada semangat membangun kecintaan terhadap negeri, demi mengokohkan persatuan Indonesia.

Transparansi Tata Kelola Keuangan menjadi hal yang sangat penting, karena anggaran yang digunakan oleh TVRI berasal dari APBN, yang berarti dana dari masyarakat Indonesia. Pengelolaan keuangan yang transparan dan jujur menjadi suatu keniscayaan yang wajib dilakukan.

Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan harus menjadi perhatian utama sebagai dukungan kepada pemerintah Indonesia dalam gerakan anti korupsi.

MATA ACARA TVRI
Acara-acara yang harus diutamakan dalam tayangan TVRI adalah siaran yang berwajah Indonesia. Di dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002, pasal 35, ayat (2) disebutkan bahwa “Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam negeri”.

Maka jika dinaikkan menjadi 80% atau 90% pun tidak melanggar undang-undang. Sebab, 60% itu minimal. Untuk menuju TVRI yang berwajah Indonesia, mata acara yang harus dihadirkan pada layar TVRI adalah sebagai berikut:

  • Acara-acara yang mengangkat kebudayaan dari seluruh etnis di Indonesia.
  • Acara-acara hiburan yang mengandung pesan pendidikan
  • Acara-acara yang dapat membangun kebanggan dan kecintaan terhadap Indonesia
  • Acara-acara yang dapat membangun semangat bangsa Indonesia untuk berkarya dalam berbagai bidang.
  • Film-film sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
  • Film-film sejarah yang memuat prestasi bangsa Indonesia
  • Film Dokumenter mengisahkan tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsa Indonesia.
  • Film impor yang memiliki nafas kebudayaan selaras dengan bangsa Indonesia.
  • Lagu-lagu berbahasa daerah dari seluruh etnis di Indonesia.
  • Pertunjukan musik etnis dari seluruh Indonesia.
  • Lagu dan musik impor yang memiliki khas negerinya sendiri untuk bahan perbandingan.
  • Berita-berita sosial, hukum, politik yang berimbang dan sesuai dengan fakta yang terjadi.
  • Berita-berita kebudayaan yang berasal dari seluruh etnis di Indonesia.
  • Berita mancanegara pilihan.
Dan berbagai mata acara lainnya yang menarik dan mendidik. Kata "mendidik" harus tetap melekat pada TVRI, karena  TVRI dibiayai oleh negara.*** 


Jakarta, 12 Februari 2020

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post