Bukan Gerakan Menanam Bunga, Tapi Gerakan Meringkus Tangan Penebang Pohon


Oleh DHIPA GALUH PURBA

Karena saya juga merupakan anak seorang petani, maka tak ada salahnya jika turut bahagia, serta mengucapkan ‘Selamat Tahun Baru Imlek’ khususnya kepada para petani di Tionghoa.

Semoga pada musim semi tahun ini, hasil pertanian di sana bisa lebih mucekil dari tahun-tahun sebelumnya.  Esok atau lusa, mungkin saya akan mengimpor beras dari sana.

Sebab, mutasi lahan pertanian di sini semakin tak terkendali. Bahkan lahan yang ada pun kini tergenang banjir. Dan kini di tengah rumah atau di dalam kamar tidur pun, saya bisa berenang dengan penuh ketidak bahagiaan.

Tahun baru Imlek memang perlu dirayakan. Setidaknya untuk menggugah para pejabat, betapa berartinya kegiatan pertanian itu. Setelah Negeri Tionghoa melalui masa-masa beku di musim salju, kini bisa mulai lagi bisa beraktivitas.

Bunga-bunga mulai bersemi, menyambut musim semi. Bahagia. Dan memang harus berbahagia. Agar suatu saat nanti, di Bandung pun –kembali- merayakan pesta kebahagiaan menyambut musim panen, bagi para petani. Sehingga Dinas Pertanian Kota Bandung tidak usah repot-repot lagi mengurusi bidang  olahraga balap sepeda, sebab tidak ada sangkut-pautnya dengan pertanian.

Lagi pula untuk urusan olahraga balap sepeda, sudah ada badan yang ditugaskan untuk mengurusi hal itu. Jika Dinas Pertanian mau menggelar sebuah acara, rasanya akan lebih nyambung jika bekerja sama dengan dinas pariwisata, untuk menggelar Seni Tayuban atau Ronggeng Gunung, yang konteksnya lebih mengena pada bidang pertanian.

Paling tidak, untuk memberi penghargaan kepada para petani, atau support positif agar bisa lebih giat dan bersemangat lagi dalam bekerja.

Tulisan ini pun merupakan jawaban (Baca; Pengaduan) saya terhadap Kepala Dinas Pertanian Kota Bandung, yang tengah menggembor-gemborkan pemanfaatan lahan sempit. Saya sudah menanami lahan sempit di pekarangan dan belakang rumah.

Namun semua itu tidak berarti sama sekali, sebab kini telah tergenang oleh banjir. Tanaman bunga indah juga, tak urung turut terbawa hanyut. Sehingga saya tidak percaya dengan program menanam bunga di depan rumah, selagi pohon-pohon besar ditumbangkan. Tak ada artinya.

Lebih baik diadakan gerakan meringkus tangan para penebang pohon rindang. Nampaknya hal itu akan lebih bermanfaat untuk menyegarkan kota Bandung, serta menyelamatkan Kota Bandung dari bahaya banjir. Sesudah itu bisa dilaksanakan, barulah saya akan percaya, bahwa menanam bunga di depan rumah itu ada manfaatnya.


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post