Cerpen: Nuri dan Lebah

Lia Djamaliyah



Oleh  LIA DJAMALIYAH

MADU adalah sesuatu yang sangat manis dan lebih harum dari pada gula. Dan adik-adik tahu siapa yang menghasilkan madu “Si lebah” dengan tubuhnya yang mungil dan kaki-kakinya yang kokoh.

Kali ini ada sebuah kisah persahabatan antara seekor lebah dengan seorang gadis kecil yang malang. Bagaimana lebah menghasilkan madu? seperti itulah gadis kecil yang malang memperoleh cita-citanya.

Sore hari menjelang magrib, si kecil Nuri tampak kesakitan, wajahnya pucat dan matanya tak henti-hentinya menangis. Dengan kedua tangannya ia memegangi perutnya yang kerocongan.

“ Aduh…!aduh…!! ” kata si kecil Nuri. “Aku lapar, ya Tuhan… hamba ingin tetap berpuasa, maka kuatkanlah hamba”.  Si kecil Nuri terduduk lemas. Ia merasa sangat lelah, karena harus membantu ibunya yang galak.

Adik-adik harus tahu, Nuri ternyata belum makan sahur,  sehingga sampai saat ini ibunya sangat kejam sampai-sampai tak memberinya makan.

“Dasar anak tak tahu diuntung, kamu bukan anakku. Kenapa pula aku harus sayang padamu? Ibumu telah mati sejak kau lahir. Jadi jangan macam-macam!” hardik ibu tiri Nuri waktu itu. Nuri semakin sedih bila mengingat kejadian itu. Padahal Nuri adalah anak yang shaleh. Ia jarang lupa beribadah; mengerjakan shalat, membantu ibunya atau menyiapkan keperluan ayahnya untuk bekerja di ladang.

“ Ibu…,ibu… ” kata Nuri pelan sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam, seolah meyakini bahwa ibunya tercinta masih hidup dan akan memeluknya.

Nuri tak sadar kalau di atas sebuah pohon, sedari tadi seekor lebah memperhatikannya. Sungguh ajaib…!! Si lebah tiba-tiba terbang berputar mengitari Nuri, nggg…,nggg…!! Hap. Sekali langkah Si Lebah mendarat halus tepat di pergelangan tangan Nuri.

“ Jangan, jangan ganggu aku! ” teriak Nuri kaget. “ Biarkan aku sendiri, ” ucap Nuri. Sang lebah lari menjauh, tapi lagi-lagi ia hinggap di pergelangan tangan Nuri.

Dengan suara merdu ia berucap

“Assalamu’alaikum, aku bukan mau mengganggumu Nyai Putri. Aku ingin menjadi sahabatmu ” Ups…!! Nuri beringsut kebelakang

“Si.., siapa yang bicara barusan?”  Nuri kaget.

“Ini aku Uchi, Si Lebah ” jawabnya. Tentu saja mata Nuri membesar .

“Jangan takut, Nyai Putri. Aku tahu kesedihanmu, lihatlah aku berdansa.” Begitu katanya. Terdengar suara nguing…nguing…

Si lebah jungkir balik tak tentu arah. Kemudian terjatuh tepat di hidung Nuri. Ia pun tertawa terbahak-bahak.

“Ha…ha…ha…!! Nah…begitu dong.” Si Lebah merasa girang.

“Uchi tahu kok kesedihan Nyai Putri. Pasti sangat menyakitkan. Tapi bukan dengan cara seperti ini  menyelesaikannya.“ ucap Uchi lagi.

Matahari sebentar lagi tenggelam dan sang surya seolah memanggil Nuri. Lalu terdengar adzan berkumandang.

“Allahuakbar, allahuakbar… !” mendengar itu,  Nuri malah menangis. Namun bibirnya tetap berucap: “Allahumma laka sumtu wabika aamantu wa’ala rizqika afthortu birohmatika ya arhamarrohimin. Ya Allah, tak ada yang dapat aku makan untuk menyambut perintahmu berbuka puasa, maka ampunilah dosaku .”

Adik-adik tahu apa yang di lakukan lebah? Ia berputar-putar di atas kepala Nuri. Sesekali terbang ke atas, lalu hinggap di mangkuk yang kosong. AJAIB…!! Mangkuk telah terisi penuh oleh madu. Dan Nuri pun dapat berbuka puasa dengan madu itu.

“Alhamdulillah, terimakasih Uchi,” kata Nuri dengan mata yang berkaca-kaca.  Setelah Nuri berbuka puasa, ia pun tak lagi merasa lapar.

“Nyai Putri, di mana ada kesulitan, pasti di sana ada kemudahan, jadi jangan bersedih. Tuhan pasti akan membalasnya dengan yang lebih baik ,” ujar Uchi.

“Lihatlah aku! Dengan tubuhku yang kecil, Tuhan memberikan kelebihan-Nya untukku. Aku bisa membuat sarang. Dan aku pun bisa menghasilkan madu untuk obat bagi orang lain. Nyai Putri tahu, berapa lama Uchi mengumpulkan madu-madu ini? Bukan waktu yang sebentar, Nyai putri,” Kata Uchi lagi.

“Hamba selalu punya cita-cita bisa memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, sekalipun harus dalam jangka waktu yang lama ”

Nuri terdiam beberapa saat, merenungi setiap kata-kata Si Lebah. Kata-kata yang begitu menghiburnya. Kata-kata yang menjadi pembangkit semangat hidup dan kekuatannya.

Adik-adik… Nuri yang malang dan pemurung kini berubah menjadi anak yang periang serta berani. Akhirnya Nuri pun kembali ke rumah orang tuanya dengan perasaan bahagia dan gembira.

“Terimakasih Lebah, aku akan tetap akan membantu ayah dan mencintai ibu dengan penuh kasih sayang .”

Nah, adik-adik dari kisah di atas, maka pelajaran yang dapat kita ambil adalah kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi kehidupan ini. Dan kita harus selalu bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan Alloh dengan segala kasih sayang-Nya.***


0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post