Emmeril Kahn Mumtadz Memang Wangi Namanya

Emmeril Kahn Mumtadz, atau lebih akrab disapa Eril. Benar bahwa ia anak dari  orang nomor 1 di Jawa Barat. Tetapi saya melihat ada faktor lain yang menyebabkan perhatian masyarakat begitu luar biasa. 

Media begitu antusias memberitakan wafatnya anak muda ini. Tetapi jika tidak disertai dengan adanya sesuatu daya Tarik dari tokoh yang diberitakannya, maka berita itu akan meredup dengan cepat. Meski dipaksakan untuk terus menjadi berita, sepertinya tetap sulit jika masyarakat kurang bersimpati pada sosok yang diberitakannya. 

Wafatnya Eril tentu saja sangat memenuhi syarat untuk menjadi bahan berita, karena berita itu selalu berkaitan dengan  suatu peristiwa  aktual yang menarik perhatian, dinilai penting, atau kejadian yang tidak biasa.

Ini menyangkut nyawa manusia dan sebuah tempat Bernama Sungai Aare (areu) di Kota Bern, Swiss. Sangat penting diberitakan, terutama sebagai warning kepada siapapun yang akan menikmati keindahan alamnya dan merasakan kesejukan airnya dengan berenang. 

Kita tidak dapat memvonis sungai Aare sebagai sungai maut, karena musibah itu tidak mengenal waktu dan tempat. Meski Eril bukan orang yang pertama kali tenggelam hingga meninggal dunia di sungai tersebut, tetapi dibanding orang yang selamat tentu lebih banyak yang selamat. Jadi, kematian Eril menjadi hal yang tidak biasa. Maka berita ini penting dipublish agar semua orang yang mau berenang di sungai Aare lebih meningkatkan kewaspadaan.

Sama halnya juga Ketika beberapa kali ada yang meninggal dunia saat sedang berenang di Pantai Pangandaran, tentunya kita tidak bisa memvonis Pantai tersebut merupakan pantai maut. Penting untuk diberitakan, dan kematiannya bisa dikatagorikan sebagai hal yang tidak biasa. 

Pemberitaan Eril tidak berhenti di sungai Aare. Bahkan intensitasnya semakin meningkat dari sejak dikabarkan hilang, hingga akhirnya ditemukan. Lanjut lagi Ketika jenazahnya tiba di Bandung, yang kemudian dimakamkan di samping Masjid Al Mumtadz, Cimaung, Kabupaten Bandung. 

Sungguh mengharukan saat ribuan, mungkin puluhan atau ratusan ribu orang mengepung Gedung Pakuan dan turut mengantar jenazah Eril. Termasuk di jagat media sosial pun tak terbendung penuh dengan ungkapan  doa untuk kepergian Eril. 

Ini yang saya maksudkan bahwa tidak cukup hanya karena Eril putranya Gubenrnur Jawa Barat. Ada Sesuatu yang menjadi magnet perhatian masyarakat, terlepas dari ia seorang anak pejabat atau bukan anak pejabat. 

Di dalam teori jurnalistik itu ada yang disebut nilai berita. Kita ambil misalnya pada aspek prominence (ketenaran, keterkenalan). Tentu Eril dikaitkan dengan ayahnya, Muhammad Ridwan Kamil yang memang popular. Namun, Eril sebagai anaknya gubernur Jabar itu baru diketahui banyak orang ketika terjadi peristiwa kecelakaan di Sungai Aare. 

Berdasarkan berbagai sumber dari media atau obrolan di warung kopi, Eril itu dalam sesehariannya tidak pernah berusaha menampakkan diri bahwa ia anak gubernur. Ini sumbernya A-1. Para jurnalis dan netizen pun sudah menelusuri akun medsos Eril, yang hasilnya Eril bersih dari postingan semacam flexing untuk menunjukkan bahwa ia anak orang nomor 1 di Jabar, bahkan Eril cenderung menyembunyikannya.

Jujur saja, saya pun sebelumnya tidak mengenal Eril. Adapun yang mendorong saya untuk membuat konten ini adalah orang-orang di sekitar saya yang menceritakan sosok Eril semasa hidupnya. Ia anak muda yang tidak menyombongkan jabatan orangtuanya, dan memiliki kesalehan sosial yang tinggi.

Misalnya, Eril sering keluar malam hari, membagikan uang dan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan, dengan menyembunyikan identitasnya. Orang yang diberi, tidak tahu siapa yang memberinya. Itulah yang membuat saya lebih bersimpati kepada Eril. Anak muda yang hobi membantu orang lain, tanpa kepentingan apa-apa, selain mengharap ridho dari Allah SWT. Tangan kanannya memberi, sementara tangan kirinya tidak diberi tahu. Suatu perbuatan saleh yang saya sendiri belum mampu melakukannya, meski usia saya sudah 2x lipat dari Eril.

Sikap dan kebaikan Eril lah yang membuat Namanya harum, dan membuat banyak orang bersimpati. Rasa simpati itu tidak bisa dibeli. Ia hadir merasuki nurani dengan sendirinya, sulit untuk direkayasa. Seperti juga Ketika saya bersimpati atas kematian Nike Ardila yang juga tidak biasa, kecelakaan saat berkendaraan di Bandung, pada 19 Maret 1995. 

Ada yang yang menyebarkan berita negative terkait kematian Nike Ardila. Tapi saya tidak mempedulikan itu. Fokus saya lebih pada sesosok artis 19 tahun, yang bukan saja karyanya yang hebat, melainkan sifat kedermawannya. Kepedulian dan kebaikannya pada orang lain yang tidak banyak orang yang tahu; kasih sayangnya pada disabilitas hingga mewujudkannya  membuat Sekolah Luar Biasa. Suatu perbuatan mulia yang juga saya belum mampu melakukannya.

Maka, nilai berita tentang Eril sepertinya lebih pada aspek human interest. Berita yang memiliki nilai kemanusiaan, mengharukan, membanggakan atau hal- hal yang mampu Membangkitkan rasa kemanusiaan. 

Innalillahi wa inna ilaihi roziun. Semoga almarhum Emmeril Kahn Mumtadz mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT, aamiin yaa Rabbal aalamiin.

Dan kepada keluarga yang ditinggalkan, Pak Ridwan Kamil, Ibu Athalia, dan seluruh keluarga  semoga tetap mendapat ketabahan dan kesabaran dalam menjalani ujian ini,  aamiin yaa Rabbal aalamiin…


 

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post