Pesan Keramat dalam Drama Korea Encounter




Catatan DHIPA GALUH PURBA

Serial Korea bergenre drama romantis yang berjudul Encounter  mampu melahirkan pesan atas nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga. 

Memang ceritanya bernuansa ”mimpi”, karena latar belakang tokoh cerita yang diangkat dalam Encounter bukanlah sosok baru. 

Kisah cinta dari dua latar status sosial yang berbeda sering diangkat pada drama sebelumnya. Cerita yang menampilkan sosok utama seorang yang kaya raya, pemilik hotel atau pemilik perusahaan ternama yang kemudian jatuhcinta dengan kalangan bawah menjadi jurus jitu dalam olahan drama Korea. 

Tidak terlalu membosankan, karena pengemasan konflik dan alur ceritanya memiliki daya tarik tersendiri. Di Indonesia, drakor ini ditayangkan di stasiun televisi TransTV.

Encounter mengisahkan seorang pemuda dari keluarga sederhana bernama Kim Jin Hyuk (diperankan oleh Park Bo Gum) yang menjalin hubungan asmara dengan Cha Soo Hyun (diperankan oleh Song Hye Kyo), seorang wanita kaya, CEO Hotel Donghwa, putri dari seorang politisi, dan populer. Kehidupan Cha Soo Hyun menjadi sorotan media karena berbagai hal. 

Ia sukses menjalankan bisnis perhotelan. Ia anak politisi. Ia mantan istri Jung Woo Suk (diperankan Jang Seung Jo), putra dari keluarga konglomerat. 

Jika dalam drama Full House memerankan Han Ji Eun, seorang wanita ceria meskipun menghadapi kesulitan ekonomi, maka sebaliknya di Encounter ini Song Hye Kyo memerankan tokoh Cha yang pemurung meski tidak ada masalah secara finansial. 

Dalam drakor That Winter The Wind Blow, Song Hye Kyo memerankan tokoh Oh Young, pewaris utama CL Group, tetapi Oh Young menderita penyakit tunanetra sejak berusia 6 tahun.

Logiskah jika dua sosok berasal dari dua kasta yang terpaut cukup jauh tersebut dapat saling jatuh hati? Dalam Encounter bisa dikatakan cukup logis. 

Sebab, kemasan cerita yang digarap begitu apik, telah memberikan jawaban atas permainan logika tersebut.

Misalnya pada saat pertemuan pertama antara Kim dan Cha terjadi dalam situasi dimana Cha tengah mengalami kesulitan di negeri orang, setelah tasnya dicuri. Cha tidak punya uang dan tentu tidak bisa berkomunikasi dengan sekretarisnya, karena ponselnya turut dicuri. 

Sekedar kehilangan tas memang bukanlah masalah besar bagi wanita sekelas Cha. Namun ada adegan penting lainnya pada saat Cha tengah menikmati sunset di Pantai El Malecon, Kuba. Cha yang sebelumnya sudah mengkonsumsi obat tidur membuatnya mengantuk dan tidak dapat mengendalikan rasa kantuknya. 

Seandainya Kim tidak hadir untuk menolong, bisa dipastikan Cha akan jatuh dari bangunan tempat duduknya dengan ketinggian yang dapat mematikan. Jika saat itu Cha jatuh. Maka, Kim telah menyelamatkan nyawa Cha.

Hampir tidak ada dialog mengenai Kim yang telah menyelamatkan nyawa Cha di Pantai El Malecon. Namun penonton sepertinya sudah maphum, bahwa di adegan itu merupakan salahsatu titik penting yang membangkitkan benih-benih perasaan Cha kepada Kim. Tidak ada dialog Kim semisal ”Aku telah menyelamatkan nyawamu...”, karena justru serial drama ini menyodorkan nilai-nilai ketulusan.

Perasaan Kim sangat tulus, karena sebelumnya ia tidak mengetahui jika Cha adalah sosok wanita kaya raya. Tentu Kim juga tidak tahu jika Cha adalah CEO hotel dimana ia telah melamar pekerjaan pada hotel tersebut. 

Berbagai konflik lainnya ditampilkan untuk menepis nuansa ”mimpi” atas kisah cinta antara karyawan baru di Hotel Donghwa dengan CEO hotel tersebut.

Ketulusan itu merupakan nilai yang universal. Penonton di negara mana pun tentu akan turut merasakan dan memahami arti ketulusan. 

Terlebih penonton di Indonesia, yang rasa empatinya mudah terbangun berkenaan dengan budaya ketimuran.

Jika melihat dari kacamata lelaki, mendapatkan wanita seperti Cha tentunya merupakan suatu anugerah yang luar biasa. Cantik, kaya raya, cerdas, populer, santun, dan penyayang. 

Namun sosok Kim benar-benar steril dari motivasi nakal. Kim tidak memanfaatkan kelebihan-kelebihan Cha untuk meraup keuntungan praktis bagi dirinya. Sosok Kim tampak begitu tulus mencintai Cha.

Park Shin Woo, sutradara drakor Encounter terbilang ramah sensor. Ia begitu hati-hati dalam menampilkan berbagai adegan percintaan Kim dan Cha. 

Gaya berpacaran Kim dan Cha pada umumnya cukup santun. Park menghindari eksploitasi adegan percintaan yang dipandang tidak terlalu penting. 

Misalnya adegan (maaf) ciuman yang hanya beberapa kali dari sepanjang 16 episode. Itu pun digambarkan tidak berlebihan. 

Padahal kesempatan-kesempatan untuk menampilkan adegan percintaan cukup banyak. Misalnya ketika Kim berduaan di kamar Cha pada saat Cha sedang mabuk berat.

Di kamar itu, Kim hanya menatap Cha, kemudian justru menutup tubuh Cha dengan selimut dan meninggalkan ruangan tersebut.  

Selain itu ada banyak adegan lain yang sebenarnya memungkinkan untuk menampilkan adegan berciuman, tetapi sang sutradara memilih untuk tidak melakukannya. 

Berbeda dengan drakor lain semisal What's Wrong With Secretary Kim garapan sutradara Park Joon Hwa, yang justru banyak mengeksploitasi adegan percintaan pada tokoh Young Joon dan Mi So. 

Adegan bercumbu yang sepertinya tidak terlalu perlu, banyak ditampilkan sepanjang 16 episode tersebut. Bahkan tidak sebatas berciuman, Young dan Mi So sudah tidur bersama sebelum menikah, sehingga nuansa pada adegan pernikahan mereka terasa hambar.

Drama What's Wrong With Secretary Kim memiliki latar tokoh yang terbilang mirip dengan Encounter, yakni kisah cinta dua insan dari latar status sosial yang jauh berbeda. 

Bedanya, yang menjadi sosok kaya raya adalah pemeran lelaki bernama Young Joon. Sangat disayangkan, tokoh Mi So, seorang gadis dalam drama What's Wrong With Secretary Kim tidak lebih berhati-hati dalam menjaga kesuciannya dibanding tokoh tokoh Cha, seorang janda dalam drama Encounter.

Drama Encounter diklasifikasikan 17 tahun keatas bukan karena eksploitasi adegan percintaan Kim dan Cha, melainkan lebih pada budaya meminum minuman keras sampai mabuk berat yang dalam budaya di Korea digambarkan hal itu  adalah biasa dan dianggap wajar. 

Kim pernah mabuk. Cha juga pernah mabuk. Untuk adegan berciuman, dapat direvisi tanpa merusak keutuhan cerita. Namun jika adegan mabuk-mabukan yang direvisi, pasti jalan ceritanya cukup terganggu.




Adapun pesan yang begitu kuat dari serial Encounter ini terletak pada latar kehidupan dalam keluarga Kim. 

Dan di sinilah pesan keramat  itu adanya. Perhatikan sikap tokoh Kim kepada kedua orangtuanya. Kasih sayang, penghormatan, dan kesantunan dalam keseharian Kim kepada ibu dan ayahnya. Kalau dinarasikan, kurang-lebih: 

Jika anda ingin dicintai oleh seseorang yang sangat anda cintai, maka cintailah ibumu melebihi segala-galanya. Meminjam cuplikan syair lagu Rhoma Irama, 

”Bila kau sayang pada kekasih, Lebih sayanglah pada ibumu. Bila kau patuh pada rajamu, Lebih patuhlah pada ibumu. Bukannya gunung tempat kau meminta, Bukan lautan tempat kau memuja, Bukan pula dukun tempat kau mengiba, Bukan kuburan tempat memohon doa, Tiada keramat yang ampuh di dunia, Selain dari doa ibumu jua...”

Adegan yang sangat mengharukan dalam Encounter terjadi ketika ibunya Kim melakukan ”kekeliruan”, dengan cara menemui Cha dan meminta agar Cha memutuskan hubungan dengan anaknya. 

Kim pada akhirnya mengetahui kekeliruan yang dilakukan ibunya. Namun, apa yang dilakukan Kim? Tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibir Kim yang dapat menyakiti perasaan ibunya. 

Terlebih dalam sikap. Sekeliru apapun tindakan ibunya, Kim tidak pernah menyalahkan. Rasa cinta dan penghormatan Kim kepada ibunya patut menjadi tauladan, sehingga pantaslah jika Kim mendapatkan ketulusan cinta dari sosok wanita sekelas Cha. 

Penghormatan kepada orangtua, suatu nilai yang selaras dengan nilai agama manapun. Dan sikap yang begitu indah itu terlahir dalam sebuah masyarakat yang menganggap mabuk minuman keras adalah hal biasa. 

Logikanya adab terhadap orangtua akan jauh lebih baik di tengah kehidupan masyarakat yang menganggap mabuk-mabukan sebagai suatu perbuatan tercela.

Tindakan ”keliru” ibunya Kim masih dapat dikaji lebih jauh. Bisa dikatakan murni merupakan kekeliruan. 

Namun, di sisi lain dapat pula menguatkan kokohnya karakter keluarga Kim yang lugu, tidak gila harta dan jauh dari gila jabatan. 

Cerita yang cukup membekas dalam ingatan. Penuh haru dan pada umumnya kaya akan nilai-nilai kebaikan. Mau bernasib baik seperti Kim? Awalilah dengan mencintai ibu dan ayahmu.***

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post